Sejak tahun 2010, masyarakat Indonesia mulai memperingati Hari Batik Nasional. Setahun sebelumnya atau tepatnya tanggal 2 Oktober 2009, UNESCO menetapkan batik sebagai salah satu warisan budaya dunia yang berasal dari Indonesia. Momen ini sangat penting untuk mengangkat kembali batik agar lebih diminati masyarakat.
Setiap tanggal 2 Oktober semua masyarakat khususnya anak sekolah, ASN, sampai pekerja kantor dianjurkan memakai batik sebagai bentuk apresiasi dari penetapan warisan budaya dunia. Bahkan, sekali dalam seminggu ada hari wajib mengenakan batik sebagai bagian pelestarian budaya.
Saat ini batik sudah diminati banyak orang, bahkan anak muda atau wisatawan dari mancanegara. Sayangnya, tidak banyak dari kita yang mengenal sejarah dari batik, teknik, sampai berbagai motifnya. Nah, untuk memahami hal terkait batik, simak ulasan di bawah ini.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, batik diartikan sebagai kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya melalui proses tertentu.
Pengertian lain dari batik menurut Endik (1986) menyebutkan kalau kain ink merupakan seni dan cara menghias kain dengan penutup lilin atau malam untuk membentuk corak hiasan dan membentuk sebuah bidang pewarnaan. Warna dari batik sendiri dicelup dengan memakai zat warna.
Batik umumnya berbentuk kain lebar, beberapa lebih dari dua meter yang memiliki pola khusus. Pola atau gambar pada batik umumnya menyesuaikan dengan daerah pembuatannya. Di masa lalu pola juga menentukan status sosial dari pemakainya.
Pola dan titik yang diberikan pada kain umumnya berjenis pola tradisional. Pola itu umumnya menggunakan pola-pola alam seperti awan, daun, bunga, sampai hewan. Pola modern yang muncul saat ini juga tetap disebut batik meski pembuatannya memakai teknik cetak bukan tulis.
Pembuatan batik terbagi menjadi beberapa tahap. Salah satu tahap paling penting dari pembuatan adalah membentuk pola serta memberikan lilin ke kain. Selanjutnya kain akan diwarnai beberapa kali atau diberi malam lagi kalau memasukkan banyak pilihan warna serta corak.
Zat warna pada batik umumnya terbuat dari bahan alami di masa lalu. Itulah kenapa warna cokelat, hitam, dan agak gelap sering ditemui. Pada era modern seperti sekarang pewarnaan sudah memakai zat khusus yang dipakai untuk mewarnai tekstil.
Nama batik tidak muncul begitu saja hingga saat ini dikenal luas sampai ke mancanegara. Batik berasal dari dua kata yaitu mbat dan tik. Kata mbat dalam Bahasa Jawa memiliki arti melemparkan berkali-kali. Selanjutnya tik memiliki arti titik. Kalau digabungkan mbat dan tik memiliki arti melemparkan atau menuliskan titik berkali-kali.
Batik juga dianggap berasal dari dua kata lain yaitu amba dan tik. Arti kata amba adalah luas karena batik dibuat pada kain yang luas serta panjang. Sedangkan tik memiliki arti yang sama yakni titik. Amba dan tik kalau disatukan menjadi titik yang diberikan pada kain yang lebar.
Batik memang dibuat dengan memberikan titik atau goresan sesuai pola pada kain. Goresan itu diberikan untuk menciptakan gambar atau pola khusus sebelum diwarnai secara khusus sesuai dengan keinginan.
Batik adalah seni pewarnaan dan menghias kain yang menyebar ke seluruh penjuru dunia. Batik yang muncul di Indonesia khususnya Jawa bukan yang pertama muncul. Justru batik kuno sudah ada di belahan bumi lain seperti Mesir atau India sebelum dibawa ke Indonesia dan memunculkan ciri khas.
Hingga sekarang belum ada literatur yang mencatat sejarah akurat kemunculan batik atau kain berhias di seluruh dunia. Namun, diperkirakan kain berhias dan memiliki pola khusus ini sudah ada lebih dari 2.000 tahun silam.
Batik muncul di kawasan Asia Tengah, Mesir, serta India. Tiga daerah ini sudah membuat batik meski menggunakan teknik tradisional. Kain diberi pola sesuai dengan tradisi setempat. Misal tradisi Hindu di India yang memasukkan ilustrasi kuil serta dewa pada kainnya.
Pada era Mesir kuno saat Firaun masih memimpin, kain mirip batik dipakai untuk melapisi mumi. Kain dilapisi dengan malam atau lilin. Selanjutnya kain diberi warna dengan menusukkan jarum. Warna yang dipakai cukup beragam untuk membuat pola ala Mesir yang unik. Pewarnaan umumnya menggunakan tumbuhan, abu, serta darah.
Setelah pewarnaan selesai, kain akan dimasukkan ke dalam wadah besar yang berisi air untuk dipanaskan. Pemanasan ini dilakukan untuk melunturkan lilin yang telah menempel. Selanjutnya kain dikeringkan dan siap dipakai untuk membungkus mumi yang akan diawetkan.
Batik juga muncul di Tiongkok ribuan tahun yang lalu. Pertama pada Dinasti Tang yang memerintah sekitar tahun 618-690. Selanjutnya pada Dinasti Sui yang memerintah pada tahun 81-618. Teknik membatik menggunakan lilin sudah ada dan barangnya dijadikan sebagai produk unggulan.
Seperti yang kita tahu, bangsa Tiongkok suka sekali melakukan perdagangan di masa lalu. Itulah kenapa muncul istilah jalur sutra. Bangsa itu melakukan perdagangan sampai ke India, Eropa, hingga ke kawasan Amerika menggunakan alat transportasi kapal sampai kuda dan jalan kaki.
Bangsa Sumeria atau sekarang kawasan Irak juga memiliki teknik membatik meski agak berbeda dengan daerah lain di seluruh dunia. Para pembatik Sumeria tidak menggunakan lilin sebagai pembentuk pola pada kain. Mereka lebih suka menggunakan tepung kanji atau bubur beras.
Tradisi membatik atau menghias kain juga dilakukan oleh bangsa dari kawasan India. Mereka mewarnai kain menjadi warna-warni dengan motif khas India seperti bulatan dengan ornamen atau mandala serta berbagai tokoh kenamaan seperti raja atau dewa yang disembah.
Tradisi ini sudah ada sejak abad ke-6, beberapa daerah di India masih mempertahankan tradisi ini meski banyak yang meninggalkannya. Batik dari India abad ke-6 dibawa ke Pulau Jawa untuk perdagangan, dari sinilah tradisi membatik Nusantara muncul dan terus dilakukan sampai sekarang.
Seperti yang dikatakan sebelumnya, tradisi batik di Indonesia muncul dari munculnya pedagang dari India. Terlebih saat masa kerajaan Hindu Budha di Indonesia berjaya. Pertukaran tradisi sampai produk seni dari dan ke India sangat masif sejak abad ke-6 sampai awal abad ke-7.
Batik semakin disukai oleh masyarakat kala itu saat Putra dari Raja Lembu Amiluhur dari Jenggala dinikahkan dengan putri dari India. Sejak saat itu batik banyak keluar masuk tanah Jawa dan memunculkan ketertarikan para petinggi kerajaan. Mereka akhirnya meminta para abdi untuk belajar dan membuatnya.
Awalnya batik jarang sekali dilukiskan pada kain, lontar, dan bagian rumah adat dipakai sebagai media. Lambat laun batik yang ada di Nusantara khususnya Majapahit yang kala itu berkuasa dipolakan dan diwarnai pada kain yang akhirnya dipakai sebagai pakaian pada raja dan petinggi.
Pada abad ke-13 teknik membatik dengan menggunakan canting ditemukan dan disebarluaskan. Dari sinilah etimologi amba dan tik muncul serta bertahan. Meski sudah berganti penguasa berkali-kali sejak era Hindu Budha sampai era Islam, batik tetap dipertahankan, bahkan pola terus berkembang.
Saat beberapa kerajaan seperti Majapahit berkuasa, tradisi batik juga menyebar hampir ke seluruh Nusantara. Teknik menghias kain ini tidak hanya ditemukan di Pulau Jawa saja, tapi juga Sumatera, Kalimantan, Bali, sampai Sulawesi.
Batik terus berkembang di Indonesia, tidak hanya dari segi pola saja. Batik juga berkembang dari segi teknik. Masing-masing daerah di Indonesia memiliki warna dan pola khusus yang berfilosofi tinggi.
Membicarakan batik tidak hanya membahas bagaimana pola dari kain itu serta asal-muasalnya. Batik juga berkaitan dengan teknik pembuatan yang cukup rumit serta proses berlapis-lapis sampai menghasilkan produk akhir yang berkualitas.
Teknik yang digunakan setiap rumah batik atau wilayah produksi umumnya berbeda satu dengan lain. Namun, secara umum memiliki pola yang sama khususnya tahap pembuatan pola, pewarnaan, sampai pengeringan. Berikut ulasan lengkap teknik membatik di Indonesia.
Teknik membatik terus berkembang dari waktu ke waktu. Perkembangan terjadi karena ada pengaruh permintaan yang besar serta kemudahan yang sangat diinginkan. Dari sana, beberapa teknik di bawah ini muncul dan tetap dipakai sampai sekarang.
Teknik tulis dilakukan secara manual selama berbulan-bulan. Satu kain membutuhkan waktu pengerjaan yang lama karena pembuatan pola harus dilakukan secara presisi. Selain itu pewarnaan berkali-kali juga harus dilakukan untuk membuat gradasi. Hasilnya, batik akan memiliki pola unik serta memiliki nilai seni tinggi.
Batik tulis dahulu kala dikerjakan oleh para wanita di lingkungan keraton. Saat ini semua orang bisa melakukan teknik ini asal teliti dan telaten. Satu batik tulis yang prosesnya panjang dari pemberian lilin sampai pewarnaan ini bisa jutaan rupiah. Tidak mengherankan kalau kain batik tulis sering disebut kain premium.
Permintaan akan kain batik untuk produk fesyen sangat besar. Sayangnya proses pembuatan yang lama membuat permintaan sulit terpenuhi. Selanjutnya pada awal abad ke-20 teknologi permesinan juga semakin maju membuat para pengusaha batik memutar otak dan menggunakan cara instan.
Akhirnya mereka menggunakan teknik cap untuk mewarnai kain yang dipakai untuk membatik. Kain akan diberi pola dari semacam stempel besar yang memiliki warna malam di atasnya. Setelah diaplikasikan pada kain, pola akan terbentuk dan mempersingkat waktu pembuatan.
Teknik cap ini melalui proses akhir yang kurang lebih sama meski hasilnya lebih banyak. Munculnya teknik cap tidak terjadi untuk menurunkan tradisi teknik manual. Namun, ingin mengenalkan batik pada masyarakat bawah yang tidak mampu mendapatkan batik dengan harga cukup mahal.
Batik tidak lagi menjadi kain eksklusif yang hanya dipakai oleh kalangan atas saja. Apalagi sudah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia. Teknik batik cap akan membuat masyarakat semakin mencintai tradisinya tanpa menghilangkan esensi dari batik tulis yang rumit dan dibuat penuh kesabaran itu.
Teknik batik kombinasi menggabungkan teknik cap dan tulis menjadi satu. Penggabungan ini untuk memudahkan pengerjaan batik tulis agar lebih cepat. Bagian-bagian pola besar bisa dicap langsung sementara bagian kecil yang rumit diselesaikan dengan teknik tulis.
Teknik kombinasi ini dianggap sama saja dengan teknik tulis waktu pengerjaannya. Namun, secara harga hampir sama dengan produk cap. Kombinasi dua teknik ini menghasilkan produk kain yang diperuntukkan untuk kalangan menengah.
Teknik printing mulai keluar setelah ada teknologi cetak DTG atau direct to garment. Kain yang dijadikan media bisa langsung diberi pola layaknya melakukan cetak pada kertas. Pola yang ingin dicetak sudah disediakan pada komputer untuk segera diaplikasikan sesuai dengan kebutuhan.
Teknik printing ini dilakukan oleh pabrik besar untuk menghasilkan kain batik dalam bentuk gulungan besar. Kain jenis ini cenderung lebih murah karena diproduksi secara massal. Sayangnya secara kualitas, kain batik jenis ini kerap rendah jika dibandingkan dengan jenis batik cap manual sekali pun.
Teknik ini juga bisa dilakukan secara manual seperti orang yang sedang menyablon. Pola disiapkan pada bingkai untuk diberi tinta dan diaplikasikan langsung pada kain. Kalau ada warna berbeda, proses sablon dilakukan berkali-kali sampai sempurna lalu kain dikeringkan.
Teknik batik tulis atau cap masih menggunakan lilin atau malam untuk menutup bagian yang tidak diwarnai atau diwarnai berbeda. Pada teknik melukis ini tidak ada penggunaan malam. Semua warna diaplikasikan langsung ke kain menggunakan canting atau kuas sesuai dengan pola yang dipilih.
Teknik membatik ini jarang dilakukan apalagi untuk produksi massal. Umumnya kain hanya dibuat kalau ada pesanan. Pola yang dibuat juga menyesuaikan dengan permintaan sehingga tidak akan sama produk satu dengan produk lainnya.
Sebagai salah satu seni dan juga tradisi berusia ribuan tahun, batik memiliki ragam pola, gambar, atau corak. Setiap daerah di Indonesia memiliki keunikan sendiri-sendiri. Bahkan, di beberapa belahan dunia lain juga ada motif batik dengan warna khusus.